SOLUSI DRAINASE TERPADU KOTA BANDUNG DALAM MENGATASI KETIDAKEFEKTIFAN FUNGSI DRAINASE YANG ADA

Irvan Tadarru
6 min readDec 8, 2022

--

Irvan Tadarru — 19918201- Teknik Komunikasi dan Presentasi

Mahasiswa TPB SAPPK, Institut Teknologi Bandung

Abstrak: Sudah banyak dampak yang diakibatkan oleh buruknya sistem drainase seperti terjadinya banjir dan genangan. Salah satunya di Kota Bandung. Masterplan drainase yang sudah ada sudah tidak kompatibel lagi dengan kondisi yang ada sekarang. Perlu adanya pembaruan yang berdasakan karakteristik wilayah agar sistem yang dibuat bisa sesuai dengan kebutuhan lingkungan dan ruang. Pembaruan juga harus berlandaskan pencegahan dan penanganan dampak yang telah terjadi. Oleh karena itu perlu adanya kolaborasi antar masyarakat dan pemerintah serta dengan mengaktifkan pengawasan yang baik agar solusi yang dibuat dapat mengatasi dan mencegah masalah yang ada.

Kata Kunci: drainase, masterplan, pembaruan, karakteristik wilayah, dampak, pengawasan

PENDAHULUAN

Ruang kota merupakan ruang yang heterogen. Di dalamnya terdapat banyak sekali kegiatan ekonomi maupun sosial. Pembagian ruang itu sendiri secara penggunaan diatur dalam peta tata guna lahan. Kesalahan dalam pembuatan peta tata guna lahan akan membuat ketidakseimbangan antar fungsi lahan. Oleh karena itu perlu adanya pengkajian mendalam mengenai bagaimana sebuah ruang kota diatur dalam peta tata guna lahan. Supaya terbentuk suatu keseimbangan antar penggunaan ruang.

Drainase sebagai pembuang aliran air permukaan yang sudah tidak bisa diresapkan ke dalam tanah dapat terganggu fungsinya apabila penggunaan lahan sebagai ruang terbuka hijau dialihfungsikan. Apabila aliran air pada drainase telah melebihi kapasitas maka air akan meluber ke badan jalan. Kondisi inilah yang terjadi di Jalan Ir H Djuanda pasca hujan. Drainase yang telah meluber ke badan jalan selanjutnya akan menggangu pengendara dalam mengemudi.

Untuk memahami bagaimana drainase bisa berdampak banyak bagi kegiatan manusian dan bagaimana solusinya, tulisan ini dibagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama adalah drainase yang menyesuaikan dengan karakteristik wilayah. Bagian selanjutnya akan membahas mengenai dampak dari buruknya sistem drainase. Bagian terakhir dari tulisan ini akan membahas penanganan masalah yang ada.

Perencanaan tata ruang wilayah utara Bandung membutuhkan kolaborasi dari berbagai aspek-aspek yang ada dalam tata ruang itu sendiri. Dengan pentingnya fungsi dari drainase dalam sebuah kota maka dibutuhkan sebuah sistem induk yang meregulasi kemana dan bagaimana limpasan permukaan dialirkan. Kota Bandung sendiri belum mempunyai rencana tersebut dan masih mengandalkan rencana tata ruang biasa dalam merencanakan drainase. Padahal, sudah banyak dampak yang ditimbukan dari kurangnya kajian mengenai keefektifan fungsi drainase yang sekarang. Salah satunya adalah sering melubernya air saluran pembuangan ke badan jalan. Selain itu genangan dan banjir sering terjadi di wilayah selatan Bandung. Oleh karena itu, dibutuhkan rencana induk sistem drainase yang mempertimbangkan berbagai faktor sepeti karakteristik wilayah, dampak yang ada, dan pengawasan supaya drainase di Kota Bandung dapat berfungsi dengan baik.

DRAINASE YANG MENYESUAIKAN DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH

Karakteristik Kota Bandung berdasarkan penggunaan lahan pada tahun 2008, sebagian besar lahan di Kota Bandung (55,5%) digunakan sebagai
lahan perumahan. Penggunaan untuk kegiatan-kegiatan jasa sekitar 10% dan masih ada
lahan sawah sekitar 20,1%. Berdasarkan morfologi, Kota Bandung memilki bentuk seperti mangkuk dengan sungai Citarum pada wilayah selatan kota bandung sebagai titik terendah di morfologi cekungan bandung.

Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah iklim. Iklim Kota Bandung sendiri dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembab dan sejuk dengan temperatur rata-rata 23,6 0C, curah hujan rata-rata 156,4 mm, dan jumlah hari hujan rata-rata 15 hari per bulannya. Oleh karena itu, Bandung dapat dikategorikan sebagai kota yang basah dan rawan banjir dan genangan apabila tidak adanya sistem pencegahan yang baik.

Sebagai kota yang memilki morfologi cekungan dan iklim yang basah seperti Bandung, untuk merencanakan sistem drainase terpadu memerlukan penanganan yang berbeda. Daerah di wilayah utara Bandung perlu dikhususkan sebagai kawasan lindung agar limpasan permukaan dapat diminimalisir. Beberapa lokasi harus menjadi prioritas dalam perencanaan sistem drainase seperti wilayah utara Kota Bandung. Nyatanya 50% jaringan jalan belum dilengkapi drainase. Bahkan dari 50% itu belum semuanya berfungsi optimal. Daerah di wilayah selatan Bandung perlu diperlebar saluran airnya agar dapat menampung limpasan air dengan debit yang tinggi dari wilayah utara Bandung.

DAMPAK DARI BURUKNYA FUNGSI DRAINASE

Drainase di Kota Bandung terbagi menjadi 2 bagian, yaitu
drainase makro dan drainase mikro. Saluran pembuangan makro adalah saluran
pembuangan yang secara alami sudah ada di Kota Bandung, yang terdiri dari 15
sungai sepanjang 265,05 km. Saluran pembuangan mikro adalah saluran yang
sengaja dibuat mengikuti pola jaringan jalan. Namun, kondisi saluran mikro ini di beberapa tempat terputus.

Secara keseluruhan sistem drainase di Kota Bandung masih belum
terencana dengan baik. Pada tahun 2001 luas daerah genangan banjir di Kota Bandung sebesar 314.9 Ha, dengan penyebaran Bandung Barat 90.4 ha, Bandung Timur 197 ha, dan Bandung Utara 27.5 ha. Penyebab terjadinya daerah rawan banjir ini adalah karena tertutupnya street inlet oleh beberapa aktivitas sehingga air hujan tidak bisa masuk ke dalam saluran drainase, adanya pendangkalan di beberapa bagian saluran, konstruksi drainase yang tidak sesuai dengan kebutuhan di lapangan, serta pengalihfungsian lahan dari kondisi alami menjadi lahan dengan fungsi komersil seperti pertokoan, mall, jalan, perumahan, dan lain lain sehingga tutupan lahan pun berubah yang meningkatkan debit limpasan.

Menurut Pakar Tata Kota dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Denny Zulkaidi, banjir dan genangan di Kota bandung masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah Kota Bandung. Indikatornya, bisa dilihat mulai dari banyak atau tidaknya titik genangan, luas genangan, tinggi genangan dan lamanya genangan. Salah satu penyebanya adalah buruknya sistem drainase kota Bandung. Menurutnya juga masterplan drainase Bandung Urban Development Project (BUDP) di awal tahun 1980-an dan sampai saat ini belum ada pembaruan dari masterplan tersebut.

PENANGAN DRAINASE DENGAN TERSISTEM

Perencanaan sistem induk drainase terpadu dapat dimulai dari pengaplikasian RTRW. Setiap bangunan dapat mempertimbangkan persentase infiltrasi dengan membuat daerah resapan air di ruang terbuka yang dimilikinya. Banyak masyarakat yang beranggapan bahwa saluran air sebagai tempat utama untuk pembuangan limpasan air permukaan. Padahal saluran air di banyak kota memiki kapasitas yang terbatas.

Beberapa cara agar drainase yang ada berfungsi efektif adalah:

1. Memanfaatkan ruang terbuka hijau sebagai zona infiltrasi air hujan

Air hujan memiliki volume yang sangat besar. Menurut Denny Zulkaidi, Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan ruang terbangun sangat tidak seimbang, masih jauh dari standar minimum yang ditetapkan UU Penataan Ruang No 26 Tahun 2007, yakni sekitar 20% namun realisasinya baru sekitar 6%-11%. Meskipun kota bandung terkenal dengan kota yang memilkik banyak taman, namun taman yang lebih banyak hanya taman yang mengalami perkerasan daripada taman yang hijau yang dapat menginfiltrasi air hujan.

2. Tidak membuang sampah di saluran air dan menguras saluran air secara periodik

Sampah dapat tersedimen di dasar saluran air, akibatnya drainase tidak berfungsi maksimal. Seringkali keadaan seperti ini membuat sedimen sampah menupuk di suatu titik dan membuat wilayah tersebut mengalami kebanjiran. Selain itu sedimen lain secara alami akan mengalami peningkatan seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu, saluran air perlu normalisasi dan naturalisasi.

3. Pemetaan drainase

Drainase membutuhkan pemetaan agar tidak adanya daerah yang menjadi titik akhir kemana air mengalir. Pemetaan juga dikombinasikan antara drainase makro dan mikro agar terjadi sistem yang padu.

4. Pengawasan

Dengan banyaknya dampak nyata dari buruknya sitem drainase di kota bandung seharusnya membuat pihak berwenang menjalankan fungsi pengawasan yang baik setelah rencana sebelumnya diterapkan.

Dengan beberapa solusi diatas diharapkan ada upaya baik masyarakat, pemerintah, dan akademisi dalam mewujudkan lingkungan binaan yang lebih nyaman ditinggali. Semua hal di atas membutuhkan kerjasama yang baik antar pihak karena yang akan dikritisi disini adalah sistem maka semua harus ikut terlibat dalam penanganannya.

KESIMPULAN

Bandung dengan segala karakteristiknya yang unik memerlukan perlakuan khusus dalam merencanakannya. Dampak negatif dari keunikan morfologi Kota Bandung dapat menjadi sumber bencana apabila penanganan yang dilakukan tidak sesuai. Beberapa titik di Kota Bandung terkena imbas negatif dari kesalahan penanganan ini seperti banjir di wilayah selatan Bandung dan limpasan permukaan yang luber ke bandan jalan di wilayah utara Bandung.

Drainase merupakan aspek yang penting dalam perencanaan tata ruang Kota Bandung. Bandung sendiri termasuk kota yang dilewati banyak sungai sebagai drainase alam. Namun, kurang maksimalnya pelaksanaan dari rencana yang ada dan kian bertambahnya penduduk Kota Bandung membuat drainase di Kota Bandung mengalami berbagai masalah.

Permasalahan tersebut sebenarnya merupakan masalah yang menyangkut aspek lain dalam penataan ruang. Kekeliruan dalam pelaksanaan rencana tata ruang pada aspek lain bisa berdampak pada drainase. Diperlukan kerjasama yang baik dari berbagai pihak untuk mewujudkan sistem drainase terpadu yang berfungsi secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Aminah, Hamidatul., 2016. Daerah Terdampak Banjir Di Bandung. Institut Teknologi Sebelas Maret, Jurusan Teknik Geomatika.

Surakusumah, W., 2008. Permasalahan sampah Kota Bandung dan alternatif solusinya. Universitas Pendidikan Indonesia, Jurusan Biologi. Diakses, 16.

RTRW Kota Bandung 2011- 2031

https://www.mongabay.co.id/2016/10/25/banjir-di-kota-bandung-akibat-buruknya-drainase/

https://ourbanplanning.blogspot.com/2016/05/kondisi-eksisting-kota-bandung.html

https://lestarikotaku.wordpress.com/2017/03/29/profil-kota-bandung/

https://sanitasi.kotabogor.go.id/profil/post/single/4-drainase.html

--

--